Jumat, 16 Mei 2014


Awal mengenal gunung rasanya baru saya alami ketika berada di Jogja. Saya merupakan pelajar rantauan dari pulau Kalimantan. Selama di Kalimantan tidak ada sedikitpun ketertarikan untuk mengenal alam maupun gunung, yang saya tahu ketika berada di Kalimantan hanyalah seputar kesibukan kota. Kala itu setelah lulus dari SMA saya memang memiliki rencana untuk melanjutkan pendidikan di pulau jawa, dan Alhamdulillah saya memiliki kesempatan untuk memperluas pengetahuan saya di jogja ini. Pada tahun 2009 awal saya di jogja kegiatan saya cuma sebatas kuliah, belum mengenal gunung apalagi niat untuk mendaki. Mendengar pengalaman teman-teman mengenai gunung juga jarang saya temui. Yang ada hanya seputar informasi dan kegiatan kampus saja, maklum saja awal-awal kuliah masih belum terlalu mengenal pergaulan pulau jawa khususnya Jogja.  Selama berada di area kampus jarang saya temui teman-teman yang memiliki hobi untuk mendaki.

Seiring waktu berjalan, pada tahun 2012 datanglah seorang teman. Teman yang mengenalkan saya tentang gunung. Dan ternyata yang mengenalkan gunung itu adalah teman satu daerah dari Kalimantan. Dia berada di jogja juga bukan dalam misi mendaki, melainkan melaksanakan program PKL yang di tugaskan di Jogja selama sebulan. Selama di jogja kami sering ngumpul bareng, karena dia juga masih belum tahu mengenai jogja, jadi saling lah kami bertukar pengalaman. Selama saya mengenal dia, saya juga tidak tahu kalau dia itu ternyata seorang mapala dari universitasnya di Kalimantan. Yang namanya mapala jelas memiliki koneksi yang kuat antara mapala satu dengan yang lainnya. Berhubung teman saya ini mapala dia mempunyai teman di jogja yang juga anak mapala di salah satu univ di jogja. dapatlah teman saya ini tawaran mendaki. Kala itu saya tidak tertarik akan mendaki, karena saya belum memiliki pengetahuan maupun pengalaman mendaki sehingga saya tidak ikut dalam pendakian teman saya itu. Setelah turun dari pendakiannya itu dia pun bercerita mengenai pendakian nya, dari situlah mulai ada sedikit ketertarikan bagi saya, dari ceritanya tersebut timbulah rasa penasaran saya mengenai gunung. Dan disitu lah teman saya mengajak saya untuk ikut dalam pendakian berikutnya.

Kesempatan pun datang pada saat yang tepat. Waktu itu dia mendapatkan tawaran lagi untuk mendaki gunung yang sama yang telah ia daki pada pendakian sebelumnya. Karena ketertarikan dan rasa penasaran, saya ingin mencoba pengalaman baru dan dia pun menawarkan saya untuk ikut mendaki. Disinilah momen berharga bagi saya untuk mengungkap rasa penasaran saya ini. Gunung pertama yang saya daki waktu itu adalah Gunung merbabu, karena lokasinya yang dekat dengan jogja selain itu jalurnya juga tidak begitu ekstrim sehingga dia yakin untuk membawa saya kesana. Akhirnya dari situlah saya mengenal gunung untuk pertama kalinya. Awal saya mendaki peralatan yang saya gunakan hanya ala kadarnya, karena belum memiliki edukasi maupun pengalaman, namun setelah mendapat sedikit pencerahan dari teman saya itu akhirnya kami menyewa perlengkapan. Dengan modal pengetahuan yang sedikit mengenai pendakian, saya pun di tuntun selama pendakian, karena menurut teman, saya belum mengetahui medan jalur pendakian. Kisi- kisi pun di jelaskan ke saya saat memulai pendakian. Intinya menjaga kebersamaan, karena saya merupakan salah satu orang yang baru pertama kali mendaki. Pendakian saya itu dilakukan pada malam hari, tidak tahu apa-apa mendakinya malam pula haha, lantas saya berfikir jangan sampai terpisah dari rombongan agar tetap merasa aman.

Pada kali pertama saya mendaki gunung ini, jelas saya begitu kelelahan mengikuti tempo pendakian teman-teman yang sudah berpengalaman, walaupun waktu itu saya tidak membawa carrier, hanya sebuah ransel kecil berisikan sb, air minum dan cemilan, namun bagi pemula seperti saya belum mampu menyesuaikan tempo pendakian. Oleh karena itu saya tetap berusaha agar tidak terpisah dan tetap bersama. Jujur pada saat pertama ikut dalam pendakian ini sempat terfikir oleh saya bahwa cukup kali ini saya mendaki. Posisi yang begitu lelah, jalan yang terus menanjak membuat saya hampir putus asa. Ya begitulah yang namanya mendaki, capek itu pasti J tapi mau gimana lagi sudah terlanjur ikut haha. walaupun belum sepenuhnya menikmati pendakian saya yang pertama ini, saya berhasil mencapai puncak yang berada di ketinggian 3142 mdpl itu. Sebuah proses yang tidak bisa dibilang mudah kala itu. Kurangnya istirahat dan belum lagi cuaca yang begitu dingin membuat saya begitu gelisah. Akan tetapi saya tetap mencoba sampai menuju puncak. Dan disinilah puncak pertama yang saya raih, Gunung Merbabu.





Sempat lama saya tidak mendaki lagi, mungkin karena belum siap aja hehe. Dan pada akhirnya setelah banyak mengenal teman-teman yang senang akan mendaki, saya pun mencoba kembali pendakian-pendakian berikutnya, mendaki gunung lain selain gunung merbabu. Tak menyangka setelah beberapa kali mendaki saya pun tercandu akan pesona suasana gunung, semakin lama saya semakin menikmati suasana gunung, ada rasa rindu dengan lelah, dingin hingga pemandangan yang luar biasa indah di atas sana. Entah mengapa, padahal pada awal mendaki dulu, saya merasa tidak ingin mendaki lagi, namun pada kenyataan nya saya merasakan rindu akan mendaki dan mendaki lagi.

Dan disinilah di gunung merbabu, tempat yang pertama kali saya kenal sebagai gunung pertama yang saya daki, yang membuat saya hampir menyerah, akan tetapi pada kenyataannya gunung ini pula menjadi tempat favorit saya untuk mendaki. Saya begitu menikmati saat mendaki gunung ini, sesekali saya mengingat saat pendakian pertama saya di gunung ini, disitu pula saya tersenyum. Akhinya saya jatuh cinta pada gunung ini, “gunung merbabu”, walau berkali-kali saya daki, tidak ada sedikitpun rasa jenuh untuk berkunjung kesini.

SABANA
Irama sunyi dan dingin malam
Mendamaikan hati dan pikiran
Di bawah payung langit berhiaskan cahaya,
Senja pagi pun menyapa semesta  
Tergambar nyata oleh mata
Disini alam bercerita
Membuktikan indahnya Nusantara 

Kamis, 15 Mei 2014

melihat senja dari lensa kamera. Walaupun tak mampu mengungkap semua dari pandangan mata, namun ini cukup untuk melepas rindu pada sang surya















NEGERI SEJUTA SENJA (INDONESIA)

Senin, 12 Mei 2014


Melihat sosok gunung semeru dengan puncaknya yang bernama Mahameru merupakan salah satu kegagahan yang dimiliki negeri kita Indonesia. Tegak berdiri menjadi pasak bumi. Memberikan semangat dan harapan. Puncak tertinggi pulau jawa yang menghadirkan kharismatik tersendiri. Tak heran semeru menjadi gunung idola hingga saat ini.

Mendengar kata Semeru dan Mahameru sepertinya sudah tidak asing lagi khususnya bagi para pendaki maupun pencinta alam yang berada di Indonesia. Gunung ini memiliki kharismatik sehingga layak mejabat sebagai jendral di antara gunung-gunung di pulau jawa. Dengan memiliki ketinggian 3676 mdpl, atap pulau jawa memiliki julukan lain yaitu puncaknya para dewa katanya.

Merasakan dingin dibalik kegagahan gunung semeru membuat jiwa ini bersemangat untuk mencicipi jalan setapak penuh cerita dibalik langkah kaki. Jauh dari kata sandiwara, jauh dari kata menyerah. Kepalan tangan berjuang meraih tujuan.
Itulah Semeru, gunung yang berdiri kokoh dibawah dinding langit, kami menyampaikan salam kepada Jendral Mahameru. Dengan semangat dan tekat juang kami mampu berdiri di puncak mahameru beralaskan tanah pasir di bawah terik matahari, memandang lekat langit biru yang dibalut gelombang awan putih. Luar biasa !



Jumat, 13 September 2013. Perjalanan menyusuri jalan setapak semeru di mulai. Rombongan dari kelompok kami waktu itu berjumlah 13 orang. Berhubung hari jumat kami memulai perjalanan setelah ibadah sholat jumat. Cuaca pada hari itu tidak begitu panas, tepatnya di ranupani, hawa yang dingin membuat kami terus melakukan aktifitas. Sebelum memulai pendakian, saya dan teman-teman melihat kembali peralatan pendakian, logistik, serta obat-obatan agar pendakian ini sukses tanpa terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. Makan, jangan lupa untuk menambah energi tubuh kita sebelum melakukan pendakian, karena jelas mendaki sangat banyak memerlukan asupan energi.  Setelah kami rasa semua siap, kami pun berdoa agar perjalanan ini menjadi menyenangkan dan memberikan banyak pelajaran baru, serta selamat sampai tujuan hingga kembali pulang.

Oke perjalanan pun dimulai, sekitar pukul 14.00 kami mulai beranjak dari ranupani. Diawal yang penuh semangat sambil melihat-liat pemandangan yang segar terus mengantarkan kami ke pos demi pos, memang perjalanan ini memakan waktu yang tidak singkat dan sangat menguras tenaga, namun kami telah mempersiapkan itu baik jasmani dan rohani sehingga kami tidak berputus asa, perlahan kami terus berjalan J

Jalur pendakian semeru ini sudah sangat jelas, di setiap pos maupun daerah-daerah peristirahatan sesekali kita akan melihat jalur peta gunung semeru yang berisi jarak antara pos ke pos hingga ke puncak, jadi diharapkan untuk tidak terkejut melihat peta tersebut hehehe… perjalanan kami dari rauupani menuju pos 1 memakan waktu kurang lebih 1 jam perjalanan, selama menuju pos 1 kami banyak beristirahat karena antara jantung sama nafas belum singkron, maklum kurang pemanasan hehe, alhasil kami pun jalan dengan santai.

Di pos 1 kami beristirahat, meneguk air yang terasa amat segar membasahi tenggorokan dan sambil bercerita sedikit sembari membenarkan detak jantung dan menghela nafas. Tak lama setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju pos 2. Kembali dengan energi yang terkumpul dari pos 1 kami memulai lagi perjalanan ini. Lagi-lagi diawal perjalanan kami begitu cepat namun lama kelamaan lelah menghampiri hehe dan kembali kami menurunkan tempo pendakian. Jalur menuju ke ranu kumbolo dari pos 1 terbilang normal, tidak begitu nanjak namun memutar, sama aja intinya capek hahaha

Jalan menuju pos 2 dari pos 1 kurang lebih memakan waktu 1 jam perjalanan, dengan jalur yang menyusuri lereng bukit. Karena kami memulai pendakian jam 2 siang maka cuaca juga tidak terlalu panas, namun tetap menguras energi, dan selama perjalanan kami menyediakan cemilan untuk tetap menjaga energy dan stamina kami. Sedikit demi sedikit kami berjalan, rombongan pun sudah mulai terpisah, sehingga kami membentuk kelompok-kelompok tapi itupun sesuai kesepakatan teman-teman. Walaupun tidak bersama 13 tp disetiap pos kami saling berkumpul hingga menjadi 13 kembali.
Setibanya di pos 2, lalu kami beristirahat untuk kembali mengumpulkan energi sambil menunggu teman-teman berkumpul kembali. Istimewanya di pos 2 terkadang kita mendapatkan sinyal dan sesekali kami juga melihat ada yang telponan maupun smsan, ngeksis di gunung gak masalah kan ya selama tidak menyalahi aturan hehehe

Setelah semuanya berkumpul kami melanjutkan perjalanan menuju pos 3, dan masih dengan kesepakatan yang tadi, kami membentuk kelompok-kelompok kecil namun hal tersebut tidak menjadi masalah. Intinya kita setenda dan makan bersama J

Jalur menuju pos 3 masih sama seperti pos 1 dan 2, masih mengintari lereng bukit, waktu tempuh menu pos 3 juga memakan waktu kurang lebih 1 jam perjalanan. Walaupun kami terpisah-pisah kami tetap menikmati perjalanan, kami tetap saling berkoordinasi dan saling menjaga stamina. Selama perjalanan kami juga selalu beristirahat, selalu memotivasi, menyempatkan diri untuk berfoto dan bercanda agar tidak merasa begitu lelah. Disetiap pos semeru sudah memiliki selter-selter jadi bisa buat berteduh.



Di pos 3 pun sama kami beristirahat menunggu teman-teman berkumpul semua. Nah di pos ini kita akan melihat tanjakan berdebu yang lumayan tingkat kemiringannya namun tidak begitu panjang, ya tapi sukseslah tanjakan ini membuat kami lelah hehe. Perjalanan dari pos 3 ke ranu kumbolo sekitar kurang lebih 1jam. Akan tetapi sesampainya di ranu kumbolo kita akan dimanjakan panorama danau di atas awan nan menawan dan damai. Ranu kumbolo yang selalu membuat rindu, ingin dan ingin kembali.
Sampailah kami di ranu kumbolo, waktu menunjukan sekitar pukul 17.00, setelah menunggu teman-teman berkumpul di pos 4 ranu kumbolo, kami menyempatkan diri untuk berfoto, dari foto saja sudah indah apalagi melihat langsung, rasanya damai banget dah hehe. Setelah puas berfoto kami pun mencari lokasi camp untuk mendirikan tenda. Kami memilih mendirikan tenda di depan tanjakan cinta agar dapat melihat sunrise pagi. Sungguh nyata keindahan ini kawan J







Setelah kami mendirikan tenda, kami menyiapkan logistik kami untuk memulai masak, dan inilah yang ditunggu-tunggu karena terlihat dari wajah teman-teman yang merasa kelaparan, begitu pula saya hehe. Suasana di ranu kumbolo pada saat itu terbilang ramai, karena tampak di area ranu kumbolo penuh dengan para pendaki-pendaki lain dari berbagai daerah. Suasana malam diranu kumbolo pada malam itu pun hidup, belum lagi bintang-bintang menghiasi gelap malam, dan di temani dingin yang begitu setia J
Canda tawa pun tak terelakan lagi, sembari menunggu masakan selesai kami bercerita, membentuk lingkaran yang ditengahnya kompor untuk memasak agar tetap merasa hangat, karena pada malam itu begitu dingin, tapi tetap saja kami larut dalam suasana pada malam itu, kami saling bertukar cerita, makan bersama dan akhirnya istirahat agar dapat melanjutkan perjalanan di esok hari menuju kalimati area camp ke dua kita :D

Hari berikutnya sabtu 14 september 2013, kami terbangun dari peristirahatan dan melihat sang fajar timbul dari selah-selah bukit, namun kabut pagi itu masih terbilang tebal, pagi yang begitu dingin namun semua panorama sekitar danau membuat kami bersahabat dengan dingin, hehehe asik kami berfoto-foto dan menikmati segarnya pagi tak terasa perut mulai terasa lapar, dan mulailah kami mempersiapkan logistik untuk dimasak sebelum melanjutkan perjalanan.






Pagi itu kami memasak sayuran hingga bubur kacang ijo, wah bisa dibilang 4 sehat 5 kenyang sudah hahaha… tetangga sebelah pun melirik sayuran kami, jelas sayuran yang kami bawa masih terlihat segar, basa-basi pun dimulai, tetangga sebelah kami mengajak barteran sayur vs sosis haha, dia pun bertanya panen sayur dimana mas, sentak kami menjawab di belakang tenda mbak haha tawa pun pecah saat itu, kami pun menawarkan sayuran ke tetangga sebelah tersebut, dan ia pun menawarkan sosis, jadi barteran pun terjadi. Itulah salah satu kesan yang melekat dalam pendakian, sesama pendaki saling sapa menyapa, saling berbagi, jauh dari kata angkuh.




Mulailah kami memasak, masakan pagi itu sungguh nikmat, Alhamdulillah. Setelah makan bersama selesan, kami bersantai sejenak menikmati udara dan matahari pagi serta lenskep danau yang terbentang di hadapan kami, begitu damai ranu kumbolo sayang  J



Sekitar jam 10 pagi kami mulai berkemas mempersiapkan kembali semua peralatan kami untuk melanjutkan perjalanan menuju kalimati. Sekitar pukul 11 siang setelah semua perlengkapan kami kemas, kami pun melanjutkan pendakian ini. Tepat di depan kami terpampang sebuah tanjakan yang bernama tanjakan cinta, tanpa berlama-lama lagi kami pun mulai menyusuri tanjakan tersebut. Disini kami berfikir realistis bahwa jodoh itu di tangan Tuhan. Jadi kami tidak terlalu antusias melewati tanjakan cinta yang mitosnya tidak boleh menoleh belakang serta berhenti akan mendapatkan jodoh. Namun pada kenyataannya beberapa kali kami berhenti selama menanjak tanjakan tersebut, maklum tanjakannya memiliki tingkat kemiringan yang lumayan miring belum lagi panas terik matahari, gagal sudah melewati tanjakan tersebut tanpa berhenti hahaha


Akhirnya sampailah di puncak! Puncaknya tanjakan cinta. Disana kami berteduh sambil melihat danau yang terbentang, lagi lagi pemandangan yang luar biasa. Tidak hanya panorama danau, setelah melewati tanjakan cinta kita juga akan melihat lapangan luas yang disebut oro-oro ombo, namun saying pada saat itu belum mekar sehingga terlihat gersang namun tetap menakjubkan. Oro-oro ombo itu begitu luas, seluas lapangan sepak bola mungkin lebih. Jalan lah kami menyusuri oro-oro tersebut di bawah panas terik matahari. Sesampai di tempat yang rindang tegukan air pun membasahi tenggorokan kami yang terasa amat kering. Setelah itu kami pun terus melanjutkan perjalanan.

Waktu tempuh dari ranu kumbolo ke kalimati sekitar kurang lebi 3-4 jam dan itu kami lalui mungkin lebih hehe. Jalur selama menuju kalimati begitu bervariasi, dari padang rumput, hutan hingga tanjakan dengan pinggiran jurang pun ada. Selama perjalanan pemandangan di sekitar pun indah, jadi tak perlu terburu-buru, nikmatin saja perjalanan ini hehe.

Di kalimati merupakan lahan pasir dan hutan mati, namun ditempat ini menjadi salah satu area camp untuk beristirahat sebelum melanjutkan misi summit attack. Tempat ini menurut saya eksotis karena dengan karakternya tersebut memberikan pandangan yang menarik. Disini juga terlihat ramai oleh pendaki lain yang ingin muncak. Dan setibanya di kalimati, kami langsung mencari lahan untuk mendirikan kembali tenda kami, waktu saat itu menunjukan sekitar pukul setengah 4 sore, dan setelah mendirikan tenda kami beristirahat meluruskan badan dari lelah yang telah kami rasakan. Setelah puas beristirahat, kami mengambil air untuk persediaan masak dan pendakian kami menuju puncak. Disini kita harus benar-benar mempersiapkan air. Dan memang yang namanya pendakian kita harus benar-benar dapat memperhitungkan air untuk bekal kita minum. Setelah mengambil air dari sumber mani yang berjarak sekitar 45 menit dari kali mati, kami mempersiapkan bahan untuk kembali memasak, kita mulai masak setelah maghrib dan setelah itu kembali melanjutkan istirahat, karena kita akan memulai misi summit attack jam 1 malam.



Minggu 15 september 2013. Dingin, itulah yang kami rasakan saat malam menjelang pagi, tapi kami tidak megeluh. Setelah bangun dari istirahat pada malam itu sekitar pulul 12.30 malam, kami bergegas membuat sarapan seadanya dan mempersiapkan air dan cemilan untuk di bawa. Suhu pada malam itu begitu dingin sehingga kami memakai jaket agar dapat mengurangi tingkat kedinginan tersebut.
Summit attack pun dimulai pukul 02.00 dini hari, dengan cuaca dingin kami terus berjalan, menggunakan penerangan headlamp untuk menerangi langkah setapak kami. Sebelum mencapai batas vegetasi, kita akan melewati arcopodo, arcopodo juga merupakan salah satu area camp, tapi jarang sekali yang ngecamp disini karena trek dari kalimati ke arcopodo sudah nanjak dan sangat menguras tenaga jika membawa beban yang berat. Selama menyusuri jalur tiba-tiba salah satu teman kami mengalami mimisan dari hidungnya, kami pun memutuskan untuk beristirahat. Penyebab mimisan tersebut menurut dia disebabkan oleh suhu yang dingin, jelas saja si ketinggian seperti itu tentu dingin apalagi di tengah malam dan juga kadar oksigen semakin menipis, sehingga perlu sekali menjaga stamina. Setelah beberapa menit beristirahat perjalanan pun di lanjutkan, tanjakan demi tanjakan kami lewati, jalur yang agak berdebu juga menjadi salah satu penghambat, namun kami terus melangkah.
Yang saya dan teman-teman heran selama pendakian menuju arcopodo kami bertemu dengan salah satu pendaki, dia sendirian dan tertidur pulas di sebuah dataran kecil. Gak bisa dibayangkan di malam yang gelap seperti itu dia tidur sendiri, itu mungkin karena ia merasa kelelahan. Serasa kami orang itu aman berada disana kamipun melanjutkan pendakian. Dan sesampainya kami di arcopodo kami melihat beberapa tenda. Dan kami lagi-lagi berjumpa dengan salah satu pendaki yang ingin turun menuju kalimati, terlihat ia begitu kelelahan dan meminta sedikit air, kami pun memberikannya air. Setelah sedikit bercerita dengan orang itu kami melanjutkan lagi perjalanan menuju cemoro tunggal, batas vegetasi gunung semeru.

Dari sana kami melihat senter-senter para pendaki yang ingin muncak, dan juga kami berpapasan dengan orang yang kembali turun karena kehabisan air sehingga mereka memutuskan kembali turun. Memang masalah yang dihadapi ketika sampai di batas vegetasi ini kita merasakan ngantuk, capek, lapar, haus dan dingin. trek menuju puncak sudah berpasir membuat langkah semakin berat. Tidak hanya pendaki lain kami pun merasakan hal yang sama, tak heran kami menemukan orang yang beristirahat di jalur bahkan ada yang tertidur, tetapi kami bangunkan karena sangat berbahaya tidur di jalur berpasir yang curam itu.

Semakin pagi semakin dingin, hingga akhirnya matahari pun terbit, dan kami pun menikmati suasana sunrise selama pendakian menuju puncak. selama di trek berpasir kami banyak kehabisan tenaga, minuman kami pun semakin menipis sedangkan orang juga banyak yang meminta minuman kepada kami, karena tidak tega kami pun memberikannya. Begitu pula dengan kami yang begitu kelelahan dan merasa lapar sehingga membuat kami tertidur di jalur, akan tetapi kami berusaha untuk tetap terjaga dan membangunkan teman-teman yang tertidur. Hampir memakan waktu 6-7 jam pendakian dari kalimati menuju puncak, begitupula medan yang dibilang tidak mudah sungguh menguras tenaga. Sedikit demi sedikit kami berjalan dan akhirnya sampai di puncak sekitar pukul 08.30 pagi. 









Sungguh pendakian yang melelahkan akan tetapi terbayarkan, sesampainya di puncak kami pun menghampiri pendaki lain untuk meminta sedikit air, karena air kami pun diminta para pendaki lain saat perjalanan tadi. Tenggorokan pun kembali segar dan semangat pun datang lagi, tampak ramai para pendaki lain yang berada di puncak tersebut. Kami pun beristirahat mengumpulkan kembali sisa-sisa tenaga dan setelah itu berfoto bersama.





Perjuangan kami menuju puncak melalui proses yang tidak bisa di bilang mudah, namun dengan tekat dan semangat yang kuat kami berhasil mencapai tujuan dan semua terbayarkan dengan lukisan nyata negeri ini. Terima kasih Tuhan atas Anugerah ini, bantu kami menjaga alam ini Tuhan. Kami tak relakeindahan ini dirusak, kami tak ingin anak cucu kami mendapatkan sisa-sisa puing kehancuran. Lestari Negeriku

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!