Awal mengenal gunung rasanya baru saya alami ketika berada
di Jogja. Saya merupakan pelajar rantauan dari pulau Kalimantan. Selama di Kalimantan
tidak ada sedikitpun ketertarikan untuk mengenal alam maupun gunung, yang saya
tahu ketika berada di Kalimantan hanyalah seputar kesibukan kota. Kala itu
setelah lulus dari SMA saya memang memiliki rencana untuk melanjutkan
pendidikan di pulau jawa, dan Alhamdulillah saya memiliki kesempatan untuk
memperluas pengetahuan saya di jogja ini. Pada tahun 2009 awal saya di jogja
kegiatan saya cuma sebatas kuliah, belum mengenal gunung apalagi niat untuk
mendaki. Mendengar pengalaman teman-teman mengenai gunung juga jarang saya
temui. Yang ada hanya seputar informasi dan kegiatan kampus saja, maklum saja
awal-awal kuliah masih belum terlalu mengenal pergaulan pulau jawa khususnya
Jogja. Selama berada di area kampus jarang
saya temui teman-teman yang memiliki hobi untuk mendaki.
Seiring waktu berjalan, pada tahun 2012 datanglah seorang
teman. Teman yang mengenalkan saya tentang gunung. Dan ternyata yang
mengenalkan gunung itu adalah teman satu daerah dari Kalimantan. Dia berada di
jogja juga bukan dalam misi mendaki, melainkan melaksanakan program PKL yang di
tugaskan di Jogja selama sebulan. Selama di jogja kami sering ngumpul bareng,
karena dia juga masih belum tahu mengenai jogja, jadi saling lah kami bertukar
pengalaman. Selama saya mengenal dia, saya juga tidak tahu kalau dia itu
ternyata seorang mapala dari universitasnya di Kalimantan. Yang namanya mapala
jelas memiliki koneksi yang kuat antara mapala satu dengan yang lainnya. Berhubung
teman saya ini mapala dia mempunyai teman di jogja yang juga anak mapala di
salah satu univ di jogja. dapatlah teman saya ini tawaran mendaki. Kala itu
saya tidak tertarik akan mendaki, karena saya belum memiliki pengetahuan maupun
pengalaman mendaki sehingga saya tidak ikut dalam pendakian teman saya itu. Setelah
turun dari pendakiannya itu dia pun bercerita mengenai pendakian nya, dari
situlah mulai ada sedikit ketertarikan bagi saya, dari ceritanya tersebut
timbulah rasa penasaran saya mengenai gunung. Dan disitu lah teman saya
mengajak saya untuk ikut dalam pendakian berikutnya.
Kesempatan pun datang pada saat yang tepat. Waktu itu dia
mendapatkan tawaran lagi untuk mendaki gunung yang sama yang telah ia daki pada
pendakian sebelumnya. Karena ketertarikan dan rasa penasaran, saya ingin mencoba
pengalaman baru dan dia pun menawarkan saya untuk ikut mendaki. Disinilah momen
berharga bagi saya untuk mengungkap rasa penasaran saya ini. Gunung pertama
yang saya daki waktu itu adalah Gunung merbabu, karena lokasinya yang dekat
dengan jogja selain itu jalurnya juga tidak begitu ekstrim sehingga dia yakin
untuk membawa saya kesana. Akhirnya dari situlah saya mengenal gunung untuk
pertama kalinya. Awal saya mendaki peralatan yang saya gunakan hanya ala
kadarnya, karena belum memiliki edukasi maupun pengalaman, namun setelah mendapat
sedikit pencerahan dari teman saya itu akhirnya kami menyewa perlengkapan. Dengan
modal pengetahuan yang sedikit mengenai pendakian, saya pun di tuntun selama
pendakian, karena menurut teman, saya belum mengetahui medan jalur pendakian. Kisi-
kisi pun di jelaskan ke saya saat memulai pendakian. Intinya menjaga kebersamaan,
karena saya merupakan salah satu orang yang baru pertama kali mendaki. Pendakian
saya itu dilakukan pada malam hari, tidak tahu apa-apa mendakinya malam pula
haha, lantas saya berfikir jangan sampai terpisah dari rombongan agar tetap
merasa aman.
Pada kali pertama saya mendaki gunung ini, jelas saya begitu
kelelahan mengikuti tempo pendakian teman-teman yang sudah berpengalaman,
walaupun waktu itu saya tidak membawa carrier, hanya sebuah ransel kecil
berisikan sb, air minum dan cemilan, namun bagi pemula seperti saya belum mampu
menyesuaikan tempo pendakian. Oleh karena itu saya tetap berusaha agar tidak
terpisah dan tetap bersama. Jujur pada saat pertama ikut dalam pendakian ini
sempat terfikir oleh saya bahwa cukup kali ini saya mendaki. Posisi yang begitu
lelah, jalan yang terus menanjak membuat saya hampir putus asa. Ya begitulah
yang namanya mendaki, capek itu pasti J
tapi mau gimana lagi sudah terlanjur ikut haha. walaupun belum sepenuhnya
menikmati pendakian saya yang pertama ini, saya berhasil mencapai puncak yang
berada di ketinggian 3142 mdpl itu. Sebuah proses yang tidak bisa dibilang
mudah kala itu. Kurangnya istirahat dan belum lagi cuaca yang begitu dingin
membuat saya begitu gelisah. Akan tetapi saya tetap mencoba sampai menuju
puncak. Dan disinilah puncak pertama yang saya raih, Gunung Merbabu.
Sempat lama saya tidak mendaki lagi, mungkin karena belum
siap aja hehe. Dan pada akhirnya setelah banyak mengenal teman-teman yang
senang akan mendaki, saya pun mencoba kembali pendakian-pendakian berikutnya,
mendaki gunung lain selain gunung merbabu. Tak menyangka setelah beberapa kali
mendaki saya pun tercandu akan pesona suasana gunung, semakin lama saya semakin
menikmati suasana gunung, ada rasa rindu dengan lelah, dingin hingga
pemandangan yang luar biasa indah di atas sana. Entah mengapa, padahal pada
awal mendaki dulu, saya merasa tidak ingin mendaki lagi, namun pada kenyataan
nya saya merasakan rindu akan mendaki dan mendaki lagi.
Dan disinilah di gunung merbabu, tempat yang pertama kali
saya kenal sebagai gunung pertama yang saya daki, yang membuat saya hampir
menyerah, akan tetapi pada kenyataannya gunung ini pula menjadi tempat favorit
saya untuk mendaki. Saya begitu menikmati saat mendaki gunung ini, sesekali
saya mengingat saat pendakian pertama saya di gunung ini, disitu pula saya
tersenyum. Akhinya saya jatuh cinta pada gunung ini, “gunung merbabu”, walau
berkali-kali saya daki, tidak ada sedikitpun rasa jenuh untuk berkunjung kesini.
SABANA
Irama sunyi dan dingin malam
Mendamaikan hati dan pikiran
Di bawah payung langit berhiaskan cahaya,
Senja pagi pun menyapa semesta
Tergambar nyata oleh mata
Disini alam bercerita
Membuktikan indahnya Nusantara